Featured Article

Rabu, 29 Februari 2012

PELUKAN MENTARI


mentari pagi

♥♥ Betapa beningnya butiran embun di pagi ini....
Terasa sejuk hingga ke sumsum tulang belulang....
Dan mentari,,,
begitu hangat menyentuh kulit.....

Ohh Tuhan.....
Begitu indah hidup ini.....

Qu lihat langit biru membisikkan rindu dengan syahdu.....
Dan awan gemawan,,,,
tersenyum lirih penuh kasih.......

Duhai sayangqu,,,,,
qu ingin kaupun pahami satu rasa bahwasanya.....
Hanya engkaulah sandaran hati.....

Lantas apa yang membuatmu
tak lagi melantunkan syair-syair
indah kecintaan,,,
apa yang membuatmu berhenti melukis indah senyuman di cakrawala.......

Sementara aq disini,,, menari bersama bunga-bunga ilalang....
Berlari mengejar kupu-kupu terbang.....
Dan mencintaimu......
Dan tetap mencintaimu......
Sampai waktu tak menemukan hari........

** PELUKAN MENTARI **
        By. Yunie Teddy

Senin, 27 Februari 2012

Tujuan Penciptaan Manusia Dan Cara Meraihnya

jalan menuju surga
Manusia pada umumnya karena kecupatan pandangan atau kurangnya keberanian, menjadikan berbagai hal berupa niat dan hasrat keduniawian sebagai tujuan hidup mereka, padahal Allah yang Maha Agung telah menetapkan tujuan mereka dalam Kalam Ilahi bahwa:


Tidaklah Aku menciptakan Jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku (Q.S Adz-Dzariyat:56).
Sejalan dengan ayat ini maka tujuan hakiki hidup manusia adalah menyembah dan memahami Allah yang Maha Kuasa serta mengabdi kepada-Nya.

Tuhan dan tujuan hidup

Jelas bahwa tidak mungkin bagi manusia untuk menetapkan sendiri apa yang akan menjadi tujuan hidupnya karena manusia muncul di dunia ini bukan atas kuasanya sendiri, begitu juga meninggalkannya di luar kehendaknya. Ia adalah mahluk yang diciptakan, dimana Wujud yang telah menciptakan dirinya serta memberkatinya dengan fitrat yang lebih baik dari mahluk hidup lainnya, telah menentukan apa yang sepatutnya menjadi tujuan hidupnya.

Apakah seseorang memahami tujuan tersebut atau tidak, tidak dragukan lagi bahwa yang jelas tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah dan memahami Allah s.w.t. serta melarutkan diri di dalam Wujud-Nya.

Tiga obyek tujuan dalam hidup

Tujuan hakiki dari semua anggota tubuh eksternal dan internal serta segala fitrat yang telah dikaruniakan kepada manusia adalah pemahaman, ibadah  dan kasih kepada Allah s.w.t.  Itulah sebabnya meski memiliki seribu jabatan di dunia, manusia tetap saja belum menemukan jati-dirinya yang hakiki kecuali dalam Tuhan-nya. Meski telah menghimpun kekayaan besar, menduduki jabatan yang tinggi, menjadi saudagar akbar, memiliki kekuasaan memerintah atau pun menjadi seorang filosof terkenal, pada akhirnya tetap saja akan merasa frustrasi ketika meninggalkan dunia. Kalbunya mengingatkan terus menerus tentang perhatiannya yang berlebihan terhadap dunia, sedangkan kesadarannya tidak membenarkan segala penipuan, kecurangan dan laku lajak yang telah dikerjakannya.

Masalah ini bisa juga ditinjau dari sudut lain. Tujuan daripada penciptaan ditentukan oleh pencapaian tertinggi yang di atasnya tidak mungkin lagi dapat digapai oleh kemampuan diri. Sebagai contoh, kemampuan utama seekor sapi jantan adalah membajak tanah atau menarik alat transport, karena itu hal inilah yang menjadi tujuan hidupnya dan sapi itu tidak bisa lebih tinggi dari kondisinya tersebut. Tetapi jika kita perhatikan kemampuan tertinggi dari fitrat dan kekuasaan manusia, kita akan melihat bahwa ia dibekali dengan fitrat mencari Tuhan sedemikian rupa hingga ia mengharapkan bahwa ia menjadi demikian mengabdi pada kasih Ilahi sehingga dirinya sepenuhnya menjadi milik-Nya.

Kebutuhan naluri alamiahnya seperti makan, minum dan istirahat, sama saja dengan mahluk hidup lainnya. Bahkan dalam banyak bidang ada hewan yang lebih terampil dibanding dirinya, seperti lebah mampu mengolah madu dari berbagai macam bunga yang belum mungkin ditandingi manusia. Dengan demikian jelas bahwa kapasitas manusia yang tertinggi adalah bertemu dengan Allah s.w.t. sehingga yang menjadi tujuan hakiki dalam hidupnya adalah membuka jendela hatinya kepada Tuhan.

Mencapai tujuan hidup

Pertanyaannya adalah bagaimana dan dengan sarana apa manusia dapat mencapai tujuan tersebut?

Sarana pertama. Yang harus dicamkan betul ialah sarana utama untuk mencapai tujuan tersebut adalah mengenali dan beriman kepada Tuhan yang benar. Jika langkah pertama ini sudah salah, lalu manusia mengangkat burung, hewan, unsur alam atau pun manusia lainnya sebagai sembahan, maka tidak mungkin diharapkan kalau langkah berikutnya akan berada di jalan yang lurus. Tuhan yang benar akan menolong mereka yang mencari-Nya sedangkan tuhan yang mati tidak mungkin menolong yang mati.
Allah s.w.t. telah menggambarkan hal ini secara indah dalam ayat:
Hanya bagi Dia-lah doa yang benar. Dan mereka yang diseru oleh orang-orang itu selain Dia, tidaklah menjawab mereka sedikit jua pun. Keadaan mereka tak ubahnya seperti orang yang mengulurkan kedua tangannya ke air supaya sampai ke mulutnya, tetapi itu tidak akan sampai kepadanya. Dan doa orang-orang kafir itu akan sia-sia belaka. (Q.S Ar-Rad:14).
Sarana kedua. Sarana berikutnya guna mencapai tujuan hidup yang hakiki adalah kesadaran akan keindahan sempurna dari Allah yang Maha Perkasa karena keindahan adalah sesuatu yang secara naluriah akan menarik hati dan menghasilkan kecintaan. Keindahan Allah s.w.t. dengan Ketauhidan, Keagungan dan fitrat kebesaran lainnya sebagaimana yang diutarakan Kitab Suci Al-Quran dalam ayat:
Katakanlah: Dia-lah Allah yang Maha Esa, Allah yang tidak bergantung pada sesuatu dan segala sesuatu bergantung pada-Nya. Dia tidak memperanakkan dan tidak pula Dia diperanakkan, dan tiada seorang pun menyamai Dia (Q.S. Al-Ikhlas:1-4).
Al-Quran berulangkali menarik perhatian manusia kepada kesempurnaan dan keagungan Allah s.w.t. serta mengungkapkan bahwa Tuhan demikian itulah yang menjadi dambaan setiap hati, bukannya tuhan yang mati atau lemah atau pun tidak memiliki rasa welas asih dan kekuasaan.

Sarana ketiga. Cara ketiga mencapai tujuan hidup adalah menyadari sifat pengasih dari Allah s.w.t. karena kecintaan akan muncul sebagai akibat dari keindahan dan sifat pengasih. Fitrat pengasih dari Allah yang Maha Agung dikemukakan secara singkat dalam Surah Fatihah yaitu:
Dia adalah Tuhan sekalian alam, Maha Pemurah, Maha Penyayang, yang mempunyai Hari Pembalasan (Q.S Al-Fatihah:1-3).
Jelas kiranya bahwa kesempurnaan fitrat pengasih Allah s.w.t. meliputi juga pengertian bahwa Dia telah menciptakan hamba-Nya dari ketiadaan dan setelah itu karunia pemeliharaan-Nya dilimpahkan atas diri mereka dan Dia menjadi penopang dari segala hal dimana berbagai macam rahmat-Nya telah dimanifestasikan bagi para hamba-Nya. Fitrat penyayang-Nya tidak mengenal batas dan di luar kemampuan manusia menghitungnya sebagaimana seringkali diungkapkan dalam Al-Quran seperti:
Dia berikan segala sesuatu kepadamu yang kamu minta kepada-Nya dan sekiranya kamu mencoba menghitung nikmat-nikmat Allah, kamu tidak akan dapat menjumlahkannya. (Q.S. Ibrahim:34).
Sarana keempat. Sarana keempat untuk mencapai tujuan hidup yang hakiki adalah doa, sebagaimana dinyatakan:
Berdoalah kepada-Ku, Aku akan mengabulkan doamu. (SQ.S. al-Mumin:60).
Ajakan berdoa dikemukakan secara berulangkali agar manusia menyadari bahwa ia bisa mencapai tujuan itu berkat kekuasaan Allah s.w.t. dan bukan karena tenaga sendiri.

Sarana kelima. Sarana lain untuk mencapai tujuan hidup adalah berjuang di jalan Allah dengan harta milik, kemampuan dan nyawanya seperti yang diungkapkan dalam:
Berjihadlah dengan harta bendamu dan jiwa ragamu di jalan Allah.  (Q.S. At-Taubah:41)
Menafkahkan segala sesuatu dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka. (Q.S. Al-Baqarah:3)
Tentang orang-orang yang berjuang untuk bertemu dengan Kami, sesungguhnya Kami akan memberi petunjuk kepada mereka pada jalan Kami. (Q.S. Al-Ankabut:69).
Sarana keenam. Sarana keenam guna mencapai tujuan hidup ialah keteguhan hati atau istiqomah, dengan pengertian bahwa seorang pencari kebenaran jangan sampai merasa lelah atau mundur oleh segala rintangan seperti yang diungkapkan Allah s.w.t. dalam ayat:
Adapun orang-orang yang berkata: ‘Tuhan kami adalah Allah’, kemudian mereka bersiteguh, malaikat-malaikat turun kepada mereka sambil meyakinkan mereka: AJanganlah kamu takut dan jangan pula berduka cita, dan bergembiralah atas khabar suka tentang surga yang telah dijanjikan kepadamu. Kami adalah teman-temanmu di dalam kehidupan di dunia dan juga di akhirat. Dan di dalamnya kamu akan mendapati segala yang diri kamu dambakan dan di dalamnya kamu akan mendapati segala yang kamu minta. (Q.S. Ha Mim As-Sajdah:30-31).
Ayat ini mengindikasikan kalau keridhoan Allah s.w.t. bisa dimenangkan karena keteguhan hati. Memang benar bahwa istiqomah itu lebih dari mukjizat. Yang dimaksud dengan istiqomah yang hakiki adalah keadaan dimana meski ditingkar oleh musibah di segala penjuru, bahaya mengancam nyawa dan kehormatan, tidak terlihat adanya titik-titik terang yang meringankan, namun ia tetap tidak takut dan tidak akan mundur atau luntur kepercayaannya.

Keteguhan hati dan kesetiaannya tidak goyah, menerima dengan senang hati semua penghinaan, siap menghadapi kematian, tidak terlalu banyak mengharapkan bantuan kawan, tidak menunggu-nunggu kabar gembira dari Tuhan, tetap berdiri tegak meski merasa tak berdaya dan lemah serta kekurangan segala keselesaan. Ia akan menjulurkan batang lehernya sambil mengatakan: ‘Terjadilah apa yang harus terjadi’ dan menghadapi dengan berani apa pun yang ditakdirkan baginya serta tidak mengeluh dan menjadi tidak sabar sampai cobaan tersebut selesai.

Inilah yang disebut keteguhan hati atau istiqomah yang ganjarannya adalah Tuhan sendiri. Inilah sifat kesalehan yang telah menjadikan debu dari para Nabi, Rasul, Siddiqi dan suhada masih saja tetap beraroma harum. Hal ini diindikasikan dalam doa:
Tuntunlah kami pada jalan yang lurus, jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat. (Q.S. Al-Fatihah:5-6).
Begitu juga dikemukakan dalam ayat lain:
Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan menyerahkan diri kepada Engkau. (Q.S. Al-Araf:126).
Pada saat diterpa cobaan dan kesulitan, Allah yang Maha Agung akan menurunkan nur cahaya ke kalbu mereka yang Dia kasihi sehingga mereka itu tenang menghadapi segala musibah, bahkan karena kelezatan keimanan, mereka itu malah menciumi rantai yang membelenggu kakinya akibat melakukan sesuatu di jalan Allah. Ketika musibah mendatangi seorang hamba Allah dan muncul tanda-tanda kematian yang telah mendekat, ia tidak akan menuntut Tuhan-nya agar ia diselamatkan karena memaksa memohon keselamatan pada saat demikian sama dengan melawan Tuhan dan jadinya bertentangan dengan hakikat penyerahan diri yang sempurna. Seorang pecinta hakiki akan maju terus di kala musibah dan menganggap nyawanya sama sekali tidak berarti serta menyerahkan diri sepenuhnya pada kehendak Allah s.w.t. dan hanya memohon keridhoan-Nya semata.

Allah yang Maha Agung menyatakan:
Di antara manusia ada pula orang yang menjual dirinya untuk mencari keridhaan Allah, dan Allah Maha Penyantun terhadap hamba-hamba-Nya. (Q.S. Al-Baqarah:207).
Singkat kata, hal inilah yang menjadi ruh dari keteguhan hati sebagaimana dijelaskan di atas dan sarana yang menuntun kita kepada Tuhan. Perhatikan¬lah hal ini bagi mereka yang mau memperhatikan.
Sarana ketujuh. Sarana ketujuh guna mencapai tujuan hidup adalah memelihara silaturrahmi dengan orang-orang muttaqi dan mengikuti teladan mereka. Salah satu hal yang menyebabkan perlunya diturunkan para Nabi adalah agar manusia secara naluriah mencari teladan yang sempurna karena hal itu akan mengembangkan hasrat dan niat kebaikan seseorang. Ia yang tidak mengambil suri teladan yang baik, sesungguhnya malas dan tersesat. Hal ini dinyatakan Allah s.w.t. dalam ayat:
Hendaklah kamu termasuk orang-orang yang benar. (Q.S. At-Taubah:118).
Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat. (Q.S. Al-Fatihah:6).
Itulah beberapa sarana untuk mencapai tujuan hidup manusia yang dikemukakan di dalam alquran.


              http://agama-islam.org/tujuan-penciptaan-manusia-dan-cara-meraihnya/

Jumat, 24 Februari 2012

Do'a Terindah ll

♥♥ Pagiku,,, kala mentari tersenyum hangat,,,
kala kelopak bunga bermekaran,,,
kala angin berhembus kencang dan pelahan.....
Adalah segenggam kerinduan.....
Kepadamu.....

Malamku,,,
kala gelap menyelimuti alam,,,
kala bintang bersinar terang,,,
kala rembulan berwarna kemerahan,,,
adalah sekepal harapan yang tersimpan......
Kepadamu......

Dalam setiap detak jantung ini.....
Dalam setiap helaan napas,,,
terlahir do'a-do'a.....
Menjuntai indah....
Warnai taman hati.....

Duhai Tuhanku yang menciptakan langit.....
Duhai Tuhanku yang menciptakan bumi.....
Duhai Tuhanku yang menciptakan cahaya......

Jagalah cinta kami dibumi.....
Dan bawalah kesuciannya kepintu langit.....
Agar kelak kan tetap bersatu di alam surgawi.....

Bunga indah

** DO'A TERINDAH **
     By. Yunie Teddy Dezz

Menahan Pandangan


merenung
Secara bahasa, غَضُّ البَصَرِ (gadh-dhul bashar) berarti menahan, mengurangi atau Menundukkan Pandangan [1]. Menahan pandangan bukan berarti menutup atau memejamkan mata hingga tidak melihat sama sekali atau menundukkan kepala ke tanah saja, karena bukan ini yang dimaksudkan di samping tidak akan mampu dilaksanakan. Tetapi yang dimaksud adalah menjaganya dan tidak melepas kendalinya hingga menjadi liar. Kuatkan Iman dan “Ceraikanlah” Nafsumu! Pandangan yang terpelihara adalah apabila seseorang memandang sesuatu yang bukan aurat orang lain lalu ia tidak mengamat-amati kecantikan/kegantengannya, tidak berlama-lama memandangnya, dan tidak memelototi apa yang dilihatnya [2]. Dengan kata lain menahan dari apa yang diharamkan oleh Allah swt dan rasul-Nya untuk kita memandangnya [3]. Dalil Kewajiban Menahan Pandangan 

1. Al-Quran:

قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ

وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya.” (An-Nur [24]: 30-31)

Para ulama tafsir menyebutkan bahwa kata min dalam min absharihim maknanya adalah sebagian, untuk menegaskan bahwa yang diharamkan oleh Allah swt hanyalah pandangan yang dapat dikontrol atau disengaja, sedangkan pandangan tiba-tiba tanpa sengaja dimaafkan. Atau untuk menegaskan bahwa kebanyakan pandangan itu halal, yang diharamkan hanya sedikit saja. Berbeda dengan perintah memelihara kemaluan yang tidak menggunakan kata min karena semua pintu pemuasan seksual dengan kemaluan adalah haram kecuali yang diizinkan oleh syariat saja (nikah).[4]

Larangan menahan pandangan didahulukan dari menjaga kemaluan karena pandangan yang haram adalah awal dari terjadinya perbuatan zina.

2. Hadits Rasulullah saw:

عَنْ جَرِيرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ نَظَرِ الْفُجَاءَةِ فَأَمَرَنِي أَنْ أَصْرِفَ بَصَرِي (رواه مسلم).

Dari Jarir bin Abdillah ra berkata: “Aku bertanya kepada Rasulullah saw tentang pandangan tiba-tiba (tanpa sengaja), lalu beliau memerintahkanku untuk memalingkannya. (HR. Muslim).

Maksudnya jangan meneruskan pandanganmu, karena pandangan tiba-tiba tanpa sengaja itu dimaafkan, tapi bila diteruskan berarti disengaja.

((لاَ يَنْظُرُ الرَّجُلُ إِلَى عَوْرَةِ الرَّجُلِ، وَلاَ تَنْظُرُ الْمَرْأَةُ إِلَى عَوْرَةِ الْمَرْأَةِ، وَلاَ يُفْضِي الرَّجُلُ إِلَى الرَّجُلِ فِي الثَّوْبِ الْوَاحِدِ، وَلاَ الْمَرْأَةُ إِلَى الْمَرْأَةِ فِي الثَّوْبِ الْوَاحِدِ)). (رواه مسلم وأحمد وأبو داود والترمذي).

Seorang laki-laki tidak boleh melihat aurat laki-laki lain, dan seorang perempuan tidak boleh melihat aurat perempuan lain. Seorang laki-laki tidak boleh bersatu (bercampur) dengan laki-laki lain dalam satu pakaian, dan seorang perempuan tidak boleh bercampur dengan perempuan lain dalam satu pakaian. (HR. Muslim, Ahmad, Abu Dawud & Tirmidzi).

((يَا عَلِيُّ، لاَ تُتْبِعِ النَّظْرَةَ النَّظْرَةَ؟ فَإِنَّ لَكَ الأُوْلَى، وَلَيْسَتْ لَكَ الآخِرَةُ)) [رواه الترمذي وأبو داود وحسنه الألباني].

Wahai Ali, jangan kamu ikuti pandangan pertama dengan pandangan berikutnya, karena yang pertama itu boleh (dimaafkan) sedangkan yang berikutnya tidak. (HR. Tirmidzi dan Abu Dawud dan di-hasan-kan oleh Al-Bani).

((الْعَيْنَانِ تَزْنِيَانِ، وَزِنَاهُمَا النَّظَرُ)) [متفق عليه].

Dua mata itu berzina, dan zinanya adalah memandang. (Muttafaq ‘alaih).

Penyebab Mengumbar Pandangan

Di antara faktor-faktor yang menyebabkan seseorang mengumbar pandangannya adalah:

1. Mengikuti hawa nafsu dan ajakan syaithan
2. Jahil (tidak tahu) terhadap akibat negatif mengumbar pandangan, di antaranya bahwa mengumbar pandangan itu penyebab utama zina.
3. Hanya mengandalkan dan mengingat ampunan Allah swt dan lupa terhadap ancaman siksa-Nya.
4. Melihat atau menyaksikan media yang porno atau berbau pornografi baik cetak, elektronik, atau internet.
5. Tidak menikah atau menunda pernikahan bagi mereka yang sebenarnya telah siap untuk menikah.
6. Sering berada di tempat-tempat bercampurbaurnya laki-laki dan perempuan, seperti pasar atau mall.
7. Merasakan kelezatan semu ketika memandang yang haram sebagai akibat dari lemahnya iman dan tidak hadirnya keagungan Allah swt dalam hatinya. Karena orang yang merasakan keagungan-Nya pasti akan bersedih kalau berbuat maksiat kepada-Nya.
8. Godaan dari lawan jenis berupa pakaian yang membuka aurat, ucapan, atau gerakan tubuh yang menarik perhatian.

Akibat Negatif Memandang yang Haram

1. Rusaknya hati.

Pandangan yang haram dapat mematikan hati seperti anak panah mematikan seseorang atau minimal melukainya. Seorang penyair berkata:

لِقَلْبِكَ يَوْمًا أَتْعَبَتْكَ الْمَنَاظِرُ وَكُنْتَ إِذَا أَرْسَلْتَ طَرْفَكَ رَائِدًا
عَلَيْهِ وَلاَ عَنْ بَعْضِهِ أَنْتَ صَابِرُ رَأَيْتَ الَّذِي لاَ كُلَّهُ أَنْتَ قَادِرٌ

Kau ingin puaskan hatimu dengan mengumbar pandanganmu

Suatu saat pandangan itu pasti kan menyusahkanmu.

Engkau tak kan tahan melihat semuanya,

Bahkan terhadap sebagiannya pun kesabaranmu tak berdaya.

Atau seperti percikan api yang membakar daun atau ranting kering lalu membesar dan membakar semuanya:

وَمُعْظَمُ النَّارِ مِنْ مُسْتَصْغَرِ الشَّرَرِ كُلُّ الحَوَادِثِ مَبْدَؤُهَا النَّظَرُ

Segala peristiwa bermula dari pandangan,

dan api yang besar itu berasal dari percikan api yang kecil.

2. Terancam jatuh kepada zina.

Ibnul Qayyim berkata bahwa pandangan mata yang haram akan melahirkan lintasan pikiran, lintasan pikiran melahirkan ide, sedangkan ide memunculkan nafsu, lalu nafsu melahirkan kehendak, kemudian kehendak itu menguat hingga menjadi tekad yang kuat dan biasanya diwujudkan dalam amal perbuatan (zina). Penyair berkata:

فَكَلاَمٌ فَمَوْعِدٌ فَلِقَاءُ نَظْرَةٌ فَابْتِسَامَةٌ فَسَلاَمٌ

Bermula dari pandangan, senyuman, lalu salam,..

Lantas bercakap-cakap, membuat janji, akhirnya bertemu.

3. Lupa ilmu.

4. Turunnya bala’

Amr bin Murrah berkata: “Aku pernah memandang seorang perempuan yang membuatku terpesona, kemudian mataku menjadi buta. Ku harap itu menjadi kafarat penghapus dosaku.”

5. Merusak sebagian amal.

Hudzaifah ra berkata: “Barangsiapa membayangkan bentuk tubuh perempuan di balik bajunya berarti ia telah membatalkan puasanya.”

6. Menambah lalai terhadap Allah swt dan hari akhirat.

7. Rendahnya mata yang memandang yang haram dalam pandangan syariat Islam.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: ((لَوِ اطَّلَعَ أَحَدٌ فِي بَيْتِكَ وَلَمْ تَأْذَنْ لَهُ، فَخَذَفْتَهُ بِحَصَاةٍ فَفَقَأْتَ عَيْنَهُ، مَا كَانَ عَلَيْكَ جُنَاحٌ)) (متفق عليه).

Dari Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah saw bersabda: “Jika seseorang melongok ke dalam rumahmu tanpa izinmu, lalu kau sambit dengan kerikil hingga buta matanya, tak ada dosa bagimu karenanya.” (Muttafaq ‘alaih).

Manfaat Menahan Pandangan

Di antara manfaat menahan pandangan adalah:

1. Membebaskan hati dari pedihnya penyesalan, karena barangsiapa yang mengumbar pandangannya maka penyesalannya akan berlangsung lama.

2. Hati yang bercahaya dan terpancar pada tubuh terutama mata dan wajah, begitu pula sebaliknya jika seseorang mengumbar pandangannya.

3. Terbukanya pintu ilmu dan faktor-faktor untuk menguasainya karena hati yang bercahaya dan penuh konsentrasi. Imam Syafi’i berkata:

شَكَوْتُ إِلَى وَكِيْعٍ سُوْءَ حِفْظِي فَأَرْشَدَنِي إلَى تَرْكِ الْمَعَاصِي
وَأَخْبَرَنِي بِأَنَّ العِـلْمَ نُـوْرٌ وَنُوْرُ اللهِ لاَ يُهْـدَي لِعَاصِي

Kuadukan kepada Waki’, guruku, tentang buruknya hafalan

Arahannya: “Tinggalkanlah maksiat.”

Diberitahukannya bahwa ilmu itu cahaya,

Dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada pelaku maksiat.

4. Mempertajam firasat dan prediksi

Syuja’ Al-Karmani berkata:

مَنْ عَمَرَ ظَاهِرَهُ بِاتِّبَاعِ السُّنَّةِ، وَبَاطِنَهُ بِدَوَامِ الْمُرَاقَبَةِ، وَغَضَّ بَصَرَهُ عَنِ الْمَحَارِمِ، وَكَفَّ نَفْسَهُ عَنِ الشَّهَوَاتِ، وَأَكَلَ مِنَ الْحَلاَلِ- لَمْ تُخْطِئْ فِرَاسَتُهُ.

“Siapa yang menyuburkan lahiriyahnya dengan mengikuti sunnah, menghiasi batinnya dengan muraqabah, Menundukkan Pandangannya dari yang haram, menahan dirinya dari syahwat, dan memakan yang halal maka firasatnya tidak akan salah.”

5. Menjadi salah satu penyebab datangnya mahabbatullah (cinta Allah swt).

Al-Hasan bin Mujahid berkata:

غَضُّ البَصَرِ عَنْ مَحَارِمِ اللهِ يُوْرِثُ حُبَّ اللهِ.

Menahan pandangan dari apa yang diharamkan Allah swt akan mewarisi cinta Allah.

Faktor-faktor Penyebab Mampu Menahan Pandangan

Di antara faktor yang membuat seseorang mampu menahan pandangannya adalah:

1. Hadirnya pengawasan Allah dan rasa takut akan siksa-Nya di dalam hati.
2. Menjauhkan diri dari semua penyebab mengumbar pandangan seperti yang telah disebutkan.
3. Meyakini semua bahaya mengumbar pandangan seperti yang telah disebutkan.
4. Meyakini manfaat menahan pandangan.
5. Melaksanakan pesan Rasulullah saw untuk segera memalingkan pandangan ketika melihat yang haram.
6. Memperbanyak puasa.
7. Menyalurkan keinginan melalui jalan yang halal (pernikahan).
8. Bergaul dengan orang-orang shalih dan menjauhkan diri dari persahabatan akrab dengan orang-orang yang rusak akhlaqnya.
9. Selalu merasa takut dengan su’ul khatimah ketika meninggal dunia.

  http://ridhaallah.wordpress.com/2010/08/24/menahan-pandangan/

Senin, 20 Februari 2012

Harga Sebuah Kasih Sayang


Manusia akan membutuhkan orang lain
untuk melakukan hal-hal penting
dalam hidupnya......

Seperti halnya saling suport....
Saling mendo'akan,,,
saling membantu materi dan tenaga,,,
atau apapun untuk kelangsungan hidup.......

Kadang manusia butuh kesendirian,,
dan air mata cukuplah sebagai teman....

Tetapi pula manusia membutuhkan pasangan untuk
teman dalam hidupnya....
Menuju masa depan.......

Keluarga adalah segalanya.....
Tangis dan tawa terukir indah
menghiasi cinta dan kasih sayang.....

Lantas apa yang kita cari dalam hidup ???

Tanpa mereka kita tak akan ada....
Tanpa mereka siapalah kita......

Wahai sahabat......
Engkaupun laksana bintang dalam hati.....
Menerangi di setiap sudut lorong hati.......

Tak ada harga bagi sebuah persahabatan.....
Tak ada harga bagi sebuahkeluarga.....
Tak ada harga yang dapat membeli keduanya........

sepasang burung


♥♥   HARGA SEBUAH KASIH SAYANG   ♥♥
                    Oleh : Yunie Teddy Dezz.
Baca Juga PUISI Indah dan menarik lainnya disini.

Minggu, 19 Februari 2012

Kedamaian Hati Dalam Iman


Bunga

Kedamaian Hati Dalam Iman


Hidup tak selalunya menawarkan kemulusan jalan takdir yang membuat kita selalu merasa bagahia dan bahagia. Ada kalanya Allah mencobakan pada diri kita, untuk bertemu dengan episode fitnah, kebencian dan efek samping dari rasa iri pada diri orang lain yang tak menyukai kita. Hal itu kadang mau tak mau memaksa diri untuk harus melaluinya, walau dengan bagaimana rasanya hati dan keadaan logika. Dan bagaimanakah sikap terbaik bagi kita saat harus harus menjadi pelakon dari semua itu?  
Sejarah telah mengukir sebuah kisah mulia, dari pribadi yang dirindukan oleh surga, Rasulullah Sallallahu alaihi wassalam, yang dari beliau kita bisa mendapatkan banyak pelajaran dari sebaik- baiknya panutan. Tak terkecuali tentang keanggunan dan kedamaian beliau dalam menghadapi fitnah, kebencian, permusuhan, dan hal- hal negatif lain yang digariskan Allah untuk menjadi cobaan dalam hidupNya. 
Dan kemuliaan itu terwujud dalam indahnya akhlak  beliau yang seakan menjadi mutiara dalam hati orang beriman. Mutiara tentang ketinggian budi, yang membedakannya dengan sebuah batu. Mutiara yang bisa tetap muncul dan bersinar, walaupun dia dipaksa untuk ditenggelamkan dalam lumpur. Dan jadilah Nama beliau terabadikan hingga akhir jaman, sebagai seorang pribadi yang identik dengan mulia, sesosok manusia yang disegani lawan dan di hormati kawan, dan bahkan sangat dirindukan surga. 
Semua adalah karena kesholehan beliau, serta akses kuat hatiNya yang selalu bergantung penuh kepada yang Maha Hidup, Dan yang maha melihat, Allah Subhanahu Wataala. Tiada sama sekali kekhawatiran akan predikat gila, tukang sihir, dan atau pendusta, yang telah disematkan kepada beliau dari orang- orang kafir. Yang beliau Lakukan hanyalah percaya, bahwa jika cobaan itu hadir, maka semua adalah bagian dari rencana Allah, seperti yang telah Allah firmankan dalam Alquran yang mulia, 
"Katakanlah (Muhammad), tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah bertawakal orang-orang yang beriman." (Surah At Taubah: 51). 
Akhirnya, semuapun kemudian terasa begitu tenang, dan mengalir seperti dalamnya aliran sungai, yang sama sekali tidak terlihat beriak. 
Maka sunggguh, seluruh rentetan polusi fitnah yang mampir di telinga, akan dengan mudah pergi, sebelum mereka meninggalkan bekas jejak mereka di hati orang- orang yang selalu Mengingat kebesaran dan Maha sempurnanya Allah Subhanahu Wataala. Karena ketika mereka berbuat salah dan menyakiti sesama, sebelum orang lain menghujat dan menjelaskan tentang kesalahannya, maka hati nuraninya sendiri yang akan mengingatkan dan menghukumnya. Maka dari itu, dengan mudahnya pula, meluncur kata maaf seraya tekad kuat untuk memperbaiki kesalahannya. Namun ketika mereka tidak mendholimi seseorang, betapapun niat jahat orang lain terasa sangat memojokkan dan mengkambing hitamkannya, maka dengan tenang dan penuh tawakkal dia akan melewati ujian itu, bahkan seraya mendoakan tetap tentang yang terbaik bagi orang yang telah menjahatinya. 
Dan semua hanyalah masalah waktu. Waktu  akan menguji keseriusan seseorang tentang seberapa benar yang telah dikatakannya benar. Dan waktu pula yang akan menjawab, tentang kamuflase kebenaran yang memang pada awalnya ditunjukkan sebagai benar, apakah tetap benar, dan atau berakhir dengan sebaliknya. Akhirnya, waktu pula yang akan memberi kesimpulan akhir tentang suatu pendapat kita
Lalu, mengapa kita masih harus bersedih dengan sebuah fitnah atau perkiraan manusia yang hanya berdasar pada referensi pikiran dan indra mereka yang sangat terbatas. Dan sudahkah kita mendahulukan ridho Allah dan pendapatNya, atas sesuatu yang kita perbuat atau kita ucapkan? Maka sudah saatnya jujur pada nurani kita sendiri.  
 (Syahidah)
Hidup tak selalunya menawarkan kemulusan jalan takdir yang membuat kita selalu merasa bahagia dan bahagia. Ada kalanya Allah mencobakan pada diri kita, untuk bertemu dengan episode fitnah, kebencian dan efek samping dari rasa iri pada diri orang lain yang tak menyukai kita. Hal itu kadang mau tak mau memaksa diri untuk harus melaluinya, walau dengan bagaimana rasanya hati dan keadaan logika. Dan bagaimanakah sikap terbaik bagi kita saat harus harus menjadi pelakon dari semua itu?  

Sejarah telah mengukir sebuah kisah mulia, dari pribadi yang dirindukan oleh surga, Rasulullah Sallallahu alaihi wassalam, yang dari beliau kita bisa mendapatkan banyak pelajaran dari sebaik- baiknya panutan. Tak terkecuali tentang keanggunan dan kedamaian beliau dalam menghadapi fitnah, kebencian, permusuhan, dan hal- hal negatif lain yang digariskan Allah untuk menjadi cobaan dalam hidupNya. 

Dan kemuliaan itu terwujud dalam indahnya akhlak  beliau yang seakan menjadi mutiara dalam hati orang beriman. Mutiara tentang ketinggian budi, yang membedakannya dengan sebuah batu. Mutiara yang bisa tetap muncul dan bersinar, walaupun dia dipaksa untuk ditenggelamkan dalam lumpur. Dan jadilah nama beliau terabadikan hingga akhir jaman, sebagai seorang pribadi yang identik dengan mulia, sesosok manusia yang disegani lawan dan di hormati kawan, dan bahkan sangat dirindukan surga. 

Semua adalah karena kesholehan beliau, serta akses kuat hatiNya yang selalu bergantung penuh kepada yang Maha Hidup, Dan yang maha melihat, Allah Subhanahu Wataala. Tiada sama sekali kekhawatiran akan predikat penyair gila, tukang sihir, dan atau pendusta, yang telah disematkan kepada beliau dari orang- orang kafir. Yang beliau Lakukan hanyalah percaya, bahwa jika cobaan itu hadir, maka semua adalah bagian dari rencana Allah, seperti yang telah Allah firmankan dalam Al Quran yang mulia

"Katakanlah (Muhammad), tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah bertawakal orang-orang yang beriman." (QS. At Taubah: 51). 

Dan begitulah, ketika hati telah berserah kepada sang Allah, maka akhirnya semuapun kemudian terasa begitu tenang, dan mengalir seperti dalamnya aliran sungai, yang sama sekali tidak terlihat beriak. 

Maka sunggguh, seluruh rentetan polusi fitnah yang mampir di telinga, akan dengan mudah pergi, sebelum mereka meninggalkan bekas jejak mereka di hati orang- orang yang selalu Mengingat kebesaran dan Maha sempurnanya Allah Subhanahu Wataala. Dan ketika mereka berbuat salah dan menyakiti sesama, sebelum orang lain menghujat dan menjelaskan tentang kesalahannya, maka hati nuraninya sendiri yang akan mengingatkan dan menghukumnya. Maka dari itu, dengan mudahnya pula, meluncur kata maaf seraya tekad kuat untuk memperbaiki kesalahannya. Namun ketika mereka tidak mendholimi seseorang, betapapun niat jahat orang lain terasa sangat memojokkan dan mengkambing hitamkannya, maka dengan tenang dan penuh tawakkal dia akan melewati ujian itu, bahkan seraya mendoakan tetap tentang yang terbaik bagi orang yang telah menjahatinya. 

Dan semua hanyalah masalah waktu. Waktu  yang akan menguji keseriusan seseorang tentang seberapa benar yang telah dikatakannya benar. Dan waktu pula yang akan menjawab, tentang kamuflase kebenaran yang memang pada awalnya ditunjukkan sebagai benar, apakah tetap benar, dan atau berakhir dengan sebaliknya. Akhirnya, waktu pula yang akan memberi kesimpulan akhir tentang suatu pendapat kita

Lalu, mengapa kita masih harus bersedih dengan sebuah fitnah atau perkiraan manusia yang hanya berdasar pada referensi pikiran dan indra mereka yang sangat terbatas. Dan sudahkah kita mendahulukan ridho Allah dan pendapatNya, atas sesuatu yang kita perbuat atau kita ucapkan? Maka sudah saatnya jujur pada nurani kita sendiri.  

 (Syahidah/ voa-islam.com)

Sabtu, 18 Februari 2012

Kompak dalam Rumah Tangga


Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Postingan kali ini tentang materi dalam kehidupan rumah tangga! cukup menarik untuk kita bahas, yaitu membahas bagaimana agar pasangan suami istri bisa kompak, dalam memutuskan berbagai perkara kerumahtanggaan, selamat menyimak…..

Rumah tangga
Di dalam kehidupan rumah tangga, tentunya kita sering mendengar adanya pertengkaran-pertengkaran kecil antara suami istri. Hal seperti ini sebenarnya hal yang wajar, karena kita ketahui bersama, bahwa merupakan sebuah keniscayaan, terjadinya konflik atau pertengkaran di dalam rumah tangga. Namun yang perlu kita pahami bersama adalah agar konflik yang terjadi, tidak menjadikan kedua pasangan suami istri semakin saling menjauh, dan kurang adanya komunikasi yang sehat.

Maka dari sinilah, suami maupun istri perlu memiliki bekal ilmu, dan juga kesiapan jiwa dalam menghadapi konflik yang terjadi di dalam rumah tangga. Hal ini sangat dibutuhkan, karena dengan ilmu yang dimilikinya, seorang suami ataupun istri, dapat saling memahami kekurangan yang ada pada diri pasangan hidupnya, sehingga ketentraman senantiasa hadir, walau pertengkaran kecil biasa terjadi.

Banyak sekali bentuk konflik yang biasa terjadi di dalam rumah tangga, dan bisa kita jadikan contoh, juga pelajaran bagi kita. Seperti halnya kita pernah mendengar ada suami yang tidak puas dengan apa yang dilakukan istrinya, begitupun sebaliknya, istri pun tidak puas dengan apa yang dilakukan suaminya. Akibatnya, antara suami dan istri senantiasa saling tuntut-menuntut. Suami merasa dirinya capek karena harus mencari nafkah untuk menghidupi istri dan anak. Istri pun merasa sudah begitu letih disibukkan oleh setumpuk pekerjaan kerumahtanggaan yang rasanya tak ada habis-habisnya. Kalau sudah demikian, pertengkaran adalah perkara yang sangat mudah terjadi. Rasanya tak ada lagi kebahagiaan yang mampu diharapkan dari kebersamaannya sebagai suami-istri. Yang tersisa hanyalah kekecewaan.

Nah, mari kita renungkan bersama, seperti apakah seharusnya menjalani kehidupan suami-istri. Tentunya kita sadari betul, ketika kita mengawali pernikahan dulu, pastinya kedua insan yang baru menemukan pasangan hidupnya, memiliki harapan untuk mewujudkan, kebahagiaan, ketenangan dan kasih sayang. Namun, seringkali berbagai harapan keindahan itu sirna ditelan oleh pertengkaran-pertengkaran, yang berawal dari ketidakpahaman baik pihak suami maupun istri akan arti sebuah pernikahan.

Islam sebagai sebuah aturan kehidupan telah memberi pesan kepada kita, bahwa sebuah kehidupan suami-istri adalah kehidupan persahabatan. Kehidupan persahabatan yang terjalin diantara suami-istri, tidak didasarkan pada ada tidaknya keuntungan ataupun kerugian dari kebersamaan mereka. Suami sebagai sahabat sejati bagi istri, begitupun sebaliknya, istri sebagai sahabat sejati bagi suami, dimaksudkan untuk mewujudkan sebuah kedamaian dalam kebersamaan kehidupan yang mereka jalani.

Islam telah memberikan aturan, dan telah menggariskan hak dan kewajiban kepada suami ataupun istri. Seorang suami oleh Islam telah diberikan hak untuk menduduki posisi sebagai pemimpin rumah tangga. Namun, dengan posisi ini suami tidaklah lantas bertindak secara otoriter bak seorang raja yang tak bisa dilanggar perintahnya. Seorang istri berhak untuk menjawab atau menanggapi ucapan suaminya, berdiskusi dengannya, serta membahas apa saja yang dikatakannya. Sebab pada dasarnya keduanya adalah dua orang sahabat, bukan pihak yang memerintah dan diperintah, bukan atasan dan bawahan.

Seperti yang kita pahami bersama, bahwa kewajiban nafkah ada di tangan suami, sehingga secara ekonomi seorang istri pasti sangat bergantung kepada sang suami. Meski nafkah adalah urusan yang sangat urgen menyangkut hidup dan mati, dan suamilah yang paling berperan dalam masalah ini, namun kondisi ini bukan berarti membolehkan suami berlaku layaknya seorang majikan yang bebas memperlakukan istri semaunya sendiri, menjadikannya sebagai alasan untuk berbuat semena-mena terhadap istri, mengancam ataupun mencela istri lantaran kehidupan istri ada di tangannya.

Di dalam Islam, seorang suami diharuskan untuk bersikap lemah lembut kepada istri, menghargai istri, penuh kasih sayang, serta menjauhkan diri dari sikap ororiter dan semena-mena. Dalam sebuah hadits Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan suami agar berbuat baik kepada istrinya, pesan hadits tersebut adalah agar suami jangan pernah mengetuk pintu rumah pada malam hari sampai wanita atau istrinya itu menyisir rambutnya yang kusut dan istri yang ditinggal suaminya itu mempercantik diri. Hadits ini menggambarkan betapa seorang suami diajarkan untuk berbuat baik pada istrinya.

Sebagaimana Islam meletakkan kewajiban nafkah di tangan suami, Islam juga sekaligus menempatkan seorang istri sebagai penanggung jawab urusan rumah tangga suaminya. Istrilah yang harus mengelola segala perkara yang menyangkut kerumahtanggaan dengan sebaik-baiknya. Kita akui bersama, tugas istri tidaklah ringan, mulai dari melayani keperluan suami, menuntaskan pekerjaan-pekerjaan rutin seperti menyiapkan makanan sekeluarga, membereskan pakaian, merapikan rumah, menjaga kebersihan rumah dan lingkungan, sampai memegang tanggung jawab penuh dalam pengasuhan dan pendidikan anak. Dengan peran ini, seorang istri tidak boleh berpikiran bahwa dirinya telah diposisikan sebagai pembantu, lantaran jenis-jenis pekerjaan kerumahtanggaan yang dibebankan kepadanya. Para istri jangan sampai termakan oleh anggapan-anggapan yang berkembang di masyarakat, bahwa pekerjaan seorang istri dalam lingkungan rumah tangga dianggap pekerjaan yang kurang bergengsi. Justru dalam kaca mata Islam, peran istri dinilai sangat mulia. Peran istri tak pernah bisa dinilai dengan uang. Bayangkan dengan peran yang disandangnya untuk hamil, menyusui, mengasuh, mendidik dan membesarkan anak, perusahaan mana yang mampu menggaji pekerjaan sehebat itu…??? Jika seorang istri memahami peran tersebut, niscaya ia akan begitu banyak bersyukur telah dipercaya untuk mengemban peran besar tersebut.

Begitulah, Islam memberikan koridor pembagian peran suami-istri dalam sebuah kehidupan rumah tangga. Jika hal ini dipahami baik oleh suami maupun istri, maka pertengkaran-pertengkaran yang terjadi di dalam rumah tangga yang akhirnya berujung saling membenci diantara keduanyaakan jarang terjadi. Jika demikian, maka model rumah tangga sakinah mawadah wa rahmah tentu akan mudah diwujudkan.

Demikianlah, sedikit pesan yang bisa kita bahas kali ini, semoga kehidupan suami istri yang dilalui bersama berjalan dengan semestinya seperti halnya seorang sahabat yang selalu kompak dalam memutuskan suatu perkara dan menjalankan tanggung jawabnya masing-masing..…

Wallohu’alam Bisshoaab…..

Lihat sumber aslinya disini

Senin, 13 Februari 2012

Do'a Menjelang Malam


Pemandangan yang makin langka
Sketsa ladang-ladang Bunga

asap pabrik mengepul gagah, menghitam
semakin hari menyesakkan dada
siapakah yang melupakan taman pesona
burung dan kupu-kupu yang biasanya hinggap
di ladang-ladang bunga
berkelebatan lunglai dengan gemetar
manusia kita menjadi limbung bertanya
tentang makna sebidang tanah
yang mulai retak-retak, begitu tandus
sungguh inikah alasan yang paling masuk akal
sehingga ladang-ladang bunga kehidupan kita
dibuldozer peradaban tanpa tawaran-tawaran
o, akar-akar beton menjulang
asap hitam membumbung mengasingkan wajah
wajah bunga, wajah langit, wajah kedamaian
tercabik dalam deru gairah benda-benda
tergencet oleh hingar-bingar kerakusan
yang semakin mempurba

Doa Menjelang Malam

rebah-rebahlah, manusiaku dalam istirah
mari segera berdoa tentang kehausan
sebab sampai kapan kita menenggak lautan: bukan persoalan kata menyerah
berapa kali telah mabuk gelombang
berapa kali melupakan kerinduan
sudah saatnya segera mengaca diri
bukankah jalan ke rumah saja terlupa
sudah-sudahlah, manusiaku yang jalang
siapa sih yang ingin terkapar di jalanan

Epitaf Kekalahan

kapankah kekalahan tidak lagi bertahta
di kerajaan semangat dan keringat kita, katamu
aku hanya ngungun memandang wajah pasrah
lalu di bening matamu kulayarkan doa-doa
meski alirnya cukup deras oleh cerita duka
ada jerit meronta, ada desing peluru
ada rayuan yang berubah menjadi ancaman
padahal gegap gempita persoalan lapar
diperangi dengan genderang suara-suara
walau kerap tak begitu jelas membedakan
antara kemiskinan dan lecutan yang dikalahkan
kapankah kekalahan
tidak sampai bermuara ke laut
kelelahan, desahmu sambil menggenggam bunga
lalu dengan lembut, lembut sekali engkau bernyanyi
"padamu negeri, kami berjanji
padamu negeri, kami berbakti
bagimu negeri, jiwa raga kami"
sungguh aku terbuai oleh lagumu
yang syahdu
gemeretak jantung berubah menjadi irama rindu
pada gunung, pada sungai, pada pantai
yang berderap tegap pembangunan
demi anak dan cucu
yang semoga mengalahkan kekalahan

Negeri Kedamaian

percayalah, mawar
bahwa negeri kedamaian
bukan hanya ada di alam mimpi
meski sawah-ladang dan keringat para petani
begitu bergemuruh senantiasa disemburkan
dalam propaganda dan janji-janji
negeri kedamaian akan datang di saat
terbit matahari disambut dengan untaian
bunga doa dan kejujuran kita sendiri
lalu menjalani hari dengan wangi hati
dan ketika senja kita istirah
dalam peraduan berahi perawannya nurani
masihkah engkau bermimpi, mawar
tentang negeri kedamaian
segeralah bangun
dan mandi di telaga kerukunan
dan kesuburan bumi pertiwi
segeralah berbenah dari sekadar teriakan
dan diskusi mencari keuntungan diri
sebab negeri kedamaian adalah kebersamaan
menebarkan bunga-bunga sepenuh hati


pantai malam


Demikian Do'a malam ku yang terlukis dalam rangkaian kata
.

credit link by zhi cun lee

Baca Juga DO'A indah lainnya Disini.

Sabtu, 11 Februari 2012

Pernyataan Cinta – Jalaludin Rumi


Bila tak kunyatakan keindahan-Mu dalam kata,
Kusimpan kasih-Mu dalam dada.
Bila kucium harum mawar tanpa cinta-Mu,
Segera saja bagai duri bakarlah aku.
Meskipun aku diam tenang bagai ikan,
Tapi aku gelisah pula bagai ombak dalam lautan Kau yang telah menutup rapat bibirku,
Tariklah misaiku ke dekat-Mu.

Apakah maksud-Mu? Mana kutahu?
Aku hanya tahu bahwa aku siap dalam iringan ini selalu.
Kukunyah lagi mamahan kepedihan mengenangmu,
Bagai unta memahah biak makanannya,
Dan bagai unta yang geram mulutku berbusa.

Meskipun aku tinggal tersembunyi dan tidak bicara,
Di hadirat Kasih aku jelas dan nyata.
Aku bagai benih di bawah tanah,
Aku menanti tanda musim semi.
Hingga tanpa nafasku sendiri aku dapat bernafas wangi,
Dan tanpa kepalaku sendiri aku dapat membelai kepala lagi.












Jalaluddin Rumi

Kamis, 09 Februari 2012

BERCERMIN DIRI


cermin

Tatkala kudatangi sebuah cermin
Tampak sesosok yang sangat lama kukenal dan sangat sering kulihat
Namun aneh , sesungguhnya aku belum mengenal siapa yang kulihat

Tatkala kutatap wajah , hatiku bertanya . Apakah wajah ini yang kelak akan
bercahaya bersinar indah di surga sana ?
Ataukah wajah ini yang kelak akan hangus legam di neraka Jahannam

Tatkala kutatap mata, nanar hatiku bertanya
Mata inikah yang akan menatap penuh kelezatan dan kerinduan….
Menatap Allah , menatap Rasulullah , menatap kekasih-kekasih Allah kelak ?
Ataukah mata ini yang terbeliak , melotot , menganga , terburai menatap
Neraka Jahannam………..
Akankah mata penuh maksiat ini akan menyelamatkan ?
Wahai mata , apa gerangan yang kau tatap selama ini ?

Tatkala kutatap mulut , apakah mulut ini yang kelak akan mendesah penuh
kerinduan .. Mengucap laa ilaaha ilallah saat malaikat maut datang
menjemput ?

Ataukah menjadi mulut menganga dengan lidah menjulur , dengan lengking
jeritan pilu yang akan mencopot sendi-sendi setiap pendengar.

Ataukah mulut ini menjadi pemakan buah zaqum jahannam ..yang getir
penghangus , penghancur setiap usus.
Apakah gerangan yang engkau ucapkan wahai mulut yang malang ?
Berapa banyak dusta yang engkau ucapkan ?

Berapa banyak hati-hati yang remuk dengan pisau kata-katamu yang
mengiris tajam
Berapa banyak kata-kata manis semanis madu yang palsu
yang engkau ucapkan untuk menipu ?
Betapa jarang engkau jujur.
Betapa langkanya engkau syahdu memohon agar Tuhan mengampunimu.

Tatkala kutatap tubuhku.
Apakah tubuh ini kelak yang akan penuh cahaya …
Bersinar , bersukacita , bercengkrama di surga ?
Atau tubuh ini yang akan tercabik-cabik hancur , mendidih , di dalam lahar
membara jahannam , terpasung tanpa ampun , derita yang tak pernah berakhir
Wahai tubuh , berapa banyak maksiat yang engkau lakukan ?
Berapa banyak orang-orang yang engkau zalimi dengan tubuhmu ?
Berapa banyak hamba-hamba Allah yang lemah yang engkau
tindas dengan kekuatanmu ?
Berapa banyak perindu pertolongan yang engkau acuhkan tanpa peduli
padahal engkau mampu ?
Berapa banyak hak-hak yang engkau rampas ?

Ketika kutatap hai tubuh
Seperti apa gerangan isi hatimu
Apakah isi hatimu sebagus kata-katamu
Atau sekotor daki-daki yang melekat di tubuhmu
Apakah hatimu segagah ototmu
Atau selemah daun-daun yang mudah rontok
Ataukah hatimu seindah penampilanmu
Ataukah sebusuk kotoran-kotoranmu

Betapa beda ..betapa beda …apa yang tampak di cermin
dengan apa yang tersembunyi
Betapa beda apa yang tampak di cermin dan apa yang tersembunyi
Aku telah tertipu , aku tertipu oleh topeng
Betapa yang kulihat selama ini hanyalah topeng, hanyalah topeng belaka
Betapa pujian yang terhambur hanyalah memuji topeng
Betapa yang indah ternyata hanyalah topeng..
Sedangkan aku … hanyalah seonggok sampah busuk yang terbungkus
Aku tertipu , aku malu ya Allah
Allah ..selamatkan aku..Amin ya Rabbal ‘alamin


Abdullah Gymnastiar
Bercermin Diri oleh Senyumku Dakwahku
Baca Juga Renungan Dan Motivasi Menarik lainnya seperti Artikel tentang Tak Hanya Wanita yang Harus Bercermin

Kamis, 02 Februari 2012

DI TEPIAN SENJA


Lembayung senja ini telah
menyisakan rintik hujan....
Hingga tak nampaklah keseluruhan warnanya......

Mungkin sebentar lagi dia akan muncul......
Ataukah dia terhalang olah
mega hitam di upuk barat....

Oh,, padahal aq ingin menikmati warnanya....
Karena aq suka dia mewarnai mataqu hingga ke relung hati....

Qu coba berpindah arah....
Mungkin saja dia menepi di ujung daun kenanga....
Atau,, di atas pucuk ilalang.....
Dan tak ada......

Sedikit rasa kecewa jadinya....
Tapi biarlah kan qu hibur hati...
Dengan melihat sekelompok
burung bangaw putih yang
melintas di atas pohon cemara.....

senja










** DI TEPIAN SENJA **
               Yunie Teddy

Baca Juga Puisi Indah nan Menarik Lainnya Disini.

Rabu, 01 Februari 2012

Jejak Hati


Ingin berlari
Dari kepiluan hati
Gundah dan lara ini
Ibaratkan mesin waktu
Yg terus menggiringku
Pada sunyi
Pada mimpi
Pada ilusi yang tak pasti

Aku terus berlari
Terbawa arus
Dan menepi dan menepi
Terkapar di ujung ombak
Tertambat
Dan patah....












@jejakhati
Anggie D. Widowati

Popular Posts